Liputan6.com, Washington, D.C. - Pada Senin pekan lalu, harga emas sempat mencetak level tertinggi dalam 5 bulan terakhir di harga USD 1.250,55 per ounces sebelum kembali jatuh pada Jumat lalu. Dolar Amerika Serikat (AS) yang diprediksi makin perkasa pada minggu ini juga akan memberi dampak negatif pada harga emas.
Dilansir CNBC, Bank Sentral AS atau The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (Komite Pertemuan Pasar Terbuka Federa/FOMC) pada 18-19 Desember mendatang.
"Dengan kenaikan suku bunga The Fed, harga emas akan tertekan oleh ekspektasi kekuatan dolar AS," ujar analis Ronan Manly dari Bullion Star.
Dolar yang menguat juga akan membuat emas menjadi makin mahal bagi para investor yang memegang mata uang lain. Hal ini bisa meggerus permintaan emas sehingga menekan harga.6
Sementara Walter Pehowich dari Dillon Gage Metals menjelaskan, dolar yang kuat membuat sentimen lain seperti perlambatan ekonomi China, Jerman dan beberapa negara Uni Eropa lain menjadi kurang memberi efek pada harga emas. Minat investor pun terhadap emas pun berkurang.
Karena momentum dolar saat ini sedang kuat, analis mengajak investor untuk menaruh harapan pada tahun baru mendatang.
"Untuk investor emas, saya pikir kita harus menunggu dan melihat bagaimana kekuatan dolar berlangsung di tahun baru," ucap Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, seperti dilansir Kitco.
Selain suku bunga di akhir tahun, pertimbangan lain dari Bank Sentral AS adalah outlook untuk tahun 2019 mendatang. Keputusan moneter final tersebut akan dibuat The Fed setidaknya pada Rabu mendatang.
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2UJNMNH
No comments:
Post a Comment