Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding menyebut beberapa faktor mengapa pemetaan suara capres petahana Joko Widodo atau Jokowi berbeda dengan saat Pilpres 2014. Karding yakin raupan suara di 2019 ini bakal lebih besar.
Poin pertama adalah bagaimana Jokowi meratakan pembangunan tidak cuma di daerah-daerah dia menang. Dengan begitu, apresiasi dari masyarakat diyakini akan bertambah.
"Daerah yang kalah dan menang tetap dibangun sesuai kebetuhan dan perencanaannya yang sudah ada, sehingga banyak hasil-hasil pembangunan yang bisa dinikmati oleh daerah-daerah tersebut, semisal daerah Jawa Barat, Sumatera Barat, kemudian daerah Riau, Gorontalo, dan seterusnya," ungkap Karding kepada wartawan, Selasa (20/11/2018).
Kedua adalah faktor kepala daerah yang makin banyak memberikan dukungan. Karding mengatakan hal itu terjadi karena selama 4 tahun ini Jokowi menguatkan hubungan pusat dan daerah.
"Sehingga secara pribadi mereka banyak yang menyatakan dukungan hampir seluruh provinsi lebih dari 70 persen sampai 80 persen kepala daerah mendukung Pak Jokowi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota," jelasnya.
Faktor koalisi yang makin besar juga menambah kepercayaan diri kubu petahana. Apalagi Golkar dan PPP berada dalam koalisi Jokowi, yang pada 2014 menjadi oposisi.
"Pada pilpres kali ini, jumlah koalisi kami lebih banyak daripada tahun lalu tentu ini menjadi suatu catatan karena dari sisi jumlah caleg saja itu tentu bertambah, bayangkan setiap partai memiliki 17-18 ribu caleg yang bisa menjadi tim yang otomatis menjadi timnya Pak Jokowi," kata Karding.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment