Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 300 petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka. Para petani tersebut berasal dari sentra-sentra tebu di Jawa Tengah, Jawa Barta, Jawa Timur dan Yogyakarta.
Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan, dalam aksi ini, para petani membawa empat tuntutan yang ingin disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pertama, para petani meminta agar pemerintah menghentikan impor gula lantaran stok di dalam negeri sudah terlalu banyak. Soemitro menjelaskan, pada 2018 ini stok gula konsumsi mengalami surplus 2,4 juta ton.
Rinciannya, stok sisa di akhir 2017 sebesar 1 juta ton, rembesan gula rafinasi di 2018 sebesar 800 ribu ton. Kemudian produksi gula konsumsi di 2018 sebesar 2,1 juta ton, impor gula konsumsi tahun ini sebanyak 1,2 juta ton,
"Sehingga total stok 5,1 juta ton. Sedangkan kebutuhan gula konsumsi hanya 2,7 juta ton," ujar dia di Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Kedua, petani meminta pemerintah melalui badan usahanyanya untuk membeli gula tani yang tidak laku. Menurut Soemitro, komitmen pemerintah yang akan membeli gula tani 600 ribu ton melalui Bulog dengan harga Rp 9.700 per kg belum terealisasi sepenuhnya.
Hingga saat ini, Bulog hanya membeli sekitar 100 ribu ton gula petani, sehingga sebagian petani terpaksa menjual gula dengan harga dibawah Rp 9.000 per kg karena tidak kuat menahan kebutuhan hidup dan biaya untuk mengolah kembali tanaman tebu.
"Dengan harga pembelian Bulog itu pun kami masih rugi karena biaya produksi gula petani sebesar Rp 10.600-Rp 11.000 per kg. Maka kerugian kami untuk tahun 2018 sebesar Rp 2 triliun dengan perhitungan kerugian petani Rp 2.000 per kg dikalikan 1 juta ton gula tani," ungkap dia.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2QRWG92
No comments:
Post a Comment