Liputan6.com, Beijing - Sumpit lazim ditemukan Asia. Alat makan ini sangat penting untuk kehidupan sehari-hari sebagian besar masyarakat, terutama di China, Semenanjung Korea, kepulauan Jepang, dan bagian dari Mongolia dan daratan Asia Tenggara.
Namun, menurut Q Edward Wang dalam bukunya yang berjudul Chopsticks: A Cultural and Culinary History, sumpit tidak selalu menjadi alat makan utama bagi orang-orang di Asia Timur dan Tenggara.
Dikutip dari Blog Cambridge pada Selasa (20/11/2018), pernyataan tersebut dapat dibuktikan secara arkeologi dan tekstual. Wang berpendapat bahwa sendok sebenarnya adalah alat makan paling awal dan paling penting bagi orang-orang di zaman kuno.
Ada banyak alasan megapa sendok menjadi alat makan utama. Penjelasan paling penting terkait hal ini adalah bahwa dari zaman dahulu hingga sekitar Abad ke-10, millet adalah bahan pangan yang dominan di China Utara, Korea, dan sebagian Jepang.
Millet memiliki butir lebih kecil dari beras, dan paling baik dimasak menjadi bubur. Bentuk makanan inilah yang kemudian mendasari mayarakat Asia Timur kala itu menggunakan sendok untuk menyuapkan makanan ke mulut.
Lalu bagaimana dengan sumpit? Seperti halnya bubur millet, merebus dan mengukus higga mendidih adalah metode memasak dasar di Asia.
Pada zaman kuno, makanan yang direbus tidak hanya berupa biji-bijian tetapi juga bahan pangan non-gandum. Menurut Classic of Rites, sebuah teks dari Dinasti Han (206 SM - 220 M) atau lebih awal, rebusan (geng dalam bahasa Mandarin) adalah yang paling umum.
Geng (rebusan) dan kipas (biji-bijian) dimakan oleh semua orang, dari para pangeran sampai rakyat biasa, tanpa memandang status.
Teks yang sama juga memerintahkan bahwa ketika seseorang makan geng (rebusan), maka ia harus menggunakan sumpit agar lebih efisien dalam mengambil bahan makanan (misalnya sayuran) rebus atau hidangan pekat lainnya.
Namun, karena makanan biji-bijian lebih penting daripada makanan non-gandum dalam makanan, sumpit jadi alat tambahan.
Simak video pilihan berikut:
No comments:
Post a Comment