Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah hingga 30 September 2018 sebesar Rp 4.416 triliun, setara dengan 30,47 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan posisi utang Indonesia saat ini masih berada dalam batas aman. Rasio utang masih berada di bawah 60 persen dari PDB.
Posisi utang September 2018 meningkat dari Rp 4.363 triliun pada Agustus 2018. Juga meningkat dibandingkan posisi September 2017 sebesar Rp 3.866 triliun.
Secara rinci, utang berasal dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 6,38 triliun dan dari luar negeri sebesar Rp 816,73 triliun. Kemudian dari penerbitan Surat Utang Negara (SBN) sebesar Rp 3.593,2 triliun.
"Pengelolaan utang semakin baik dan lebih berhati-hati. Hal ini dapat dilihat dari penurunan defisit APBN pada bulan September 2018 sebesar Rp. 200,2 triliun atau sekitar 1,35 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp. 272 triliun atau 2 persen dari PDB," kata Menkeu Sri Mulyani di Kantor Pusat Dirjen Pajak, Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Selain itu, defisit neraca primer adalah Rp 2,4 triliun, jauh lebih rendah dari tahun lalu Rp 99,2 triliun,
"Ini menggambarkan manajemen utang kami lebih hati-hati. Sepertinya keseimbangan primer hampir mendekati seimbang, bahkan positif pada April, Mei, Juni dan Agustus," ujarnya.
Secara rinci, utang dari penerbitan SBN dalam mata uang Rupiah mencapai Rp 2.537,1 triliun. Terdiri dari Obligasi Pemerintah (SUN/Surat Utang Negara) sebesar Rp 2,123,3 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 413,8 triliun.
Sementara itu, SBN valuta asing mencapai Rp 1.056,1 triliun. Terdiri dari penjualan SUN valuta asing sebesar Rp 824,7 triliun dan SBSN valuta asing sebesar Rp 231,40 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pembiayaan dan Manajemen Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, menjelaskan bahwa pengelolaan utang dilakukan dengan mengantisipasi dampak ketidakpastian pasar global.
Hal ini dapat dilihat dari pembiayaan anggaran yang dalam dua tahun terakhir telah mengalami tren pertumbuhan negatif atau menurun. Dari September 2017 pembiayaan anggaran turun 25,1 persen pada September 2018.
"Tren penurunan ini sejalan dengan penurunan pertumbuhan SBN dalam dua tahun terakhir. Di mana pada bulan September 2018 jatuh sebesar 19,1 persen dibandingkan dengan posisi pada bulan September 2017," ujarnya.
Realisasi SBN (neto) hingga 30 September 2015-2018 cenderung menurun seiring dengan upaya menekan biaya utang, mengelola manajemen kas dan mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan.
"Untuk mengantisipasi dampak pasar global, kami juga melakukan front loading, pada awal tahun atau paruh pertama tahun 2018 (SBN) kami publikasikan lebih banyak, karena di masa mendatang kami akan terus meningkatkan hasil," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2J0YvO5
No comments:
Post a Comment