Bali - Jika di daerah lain sampah plastik menjadi momok yang menakutkan, tidak demikian dengan warga di Desa Petandakan, Buleleng, Bali. Di desa ini limbah sampah plastik justru menjadi salah satu sumber penghasilan. Masyarakat sekitar mengenalnya dengan Rumah Plastik, yaitu tempat daur ulang sampah plastik yang didirikan Putu Eka Darmawan pada April 2016."
"Kami mulai dengan peralatan masih sederhana dan sangat terbatas. Rumah Plastik ini didirikan tujuannya hanya ingin ikut berpartisipasi untuk mengatasi sampah plastik di Buleleng dan sekitarnya," kata Putu Eka Minggu seperti dikutip laman Jawapos.
Di awal memulai usahanya, Rumah Plastik mampu menghasilkan cacahan plastik sebanyak 200 ton pada 2016 lalu. Selanjutnya pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 500 ton. Kemudian hingga Oktober 2018, hasil cacahannya meningkat tajam mencapai sekitar 500 ton.
Eka menyebut, hasil produksi cacahan sampah plastik mengalami peningkatan di tahun 2018 karena sudah bekerja sama dengan sejumlah bank sampah. Bahkan, kerja samanya bukan hanya dengan bank sampah di Buleleng saja. Melainkan juga bank sampah di wilayah Denpasar, Klungkung, dan Bangli. Tak pelak hasil cacahan pun meningkat tajam.
"Hasil cacahan dikirim ke berbagai daerah, di Indonesia, tergantung jenis dari plastik yang dicacah. Beberapa jenis cacahan plastik ada yang dikirim ke pabrik alat-alat berbahan plastik di Jawa, ada juga yang dikirim ke Denpasar," katanya.
Selain ke luar Bali, hasil cacahan juga dikirim ke Cina. Rencananya, cacahan plastik tersebut akan diolah menjadi benang untuk bahan baku kain.
"Negara yang menjadi tempat tujuan adalah ke Cina. Tapi jenis plastik tertentu saja diolah menjadi benang dan ujung-ujungnya menjadi produk lagi," imbuhnya.
Menariknya, Rumah Plastik bukan hanya menjadi tempat pencacahan sampah plastik. Melainkan dimanfaatkan sebagai tempat belajar bagi warga yang berminat tentang pengolahan sampah plastik. Tentu, langkah ini dinilai positif untuk menekan limbah sampah plastik yang mencemari lingkungan. Sehingga bisa dilakukan mulai dari rumah tangga.
Sementara itu, Ketut Budiasa, selaku pengelola Bank Sampah di Desa Kalibukbuk, Buleleng, mengapresiasi keberadaan Rumah Plastik ini. Menurutnya, keberadaan Rumah Plastik sangat membantu Bank Sampah karena pihaknya dapat menjual sampah-sampah plastik kepada rumah plastik untuk dicacah.
"Semenjak dibentuk bank sampah, rumah plastik ini membantu sekali mengatasi persoalan sampah plastik. Karena warga yang membawa sampah sudah menjadi uang. Harga dari rumah plastik juga sangat update. Misalnya kalau harga naik pasti dijual. Tapi kalau harga turun pasti ditahan dulu, karena plastik kan tidak rusak," jelasnya.
Asal tahu saja, setiap sampah plastik dihargai beragam. Mulai dari jenis botol pelumas kendaraan bermotor dihargai Rp 150 per botol, jenis botol minuman kemasan dihargai mulai dari Rp 1.500 hingga Rp 3.500 per kilogram.
Baca juga berita Jawapos.com lainnya di sini.
Simak juga video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment