Sejarah
Museum Genosida Tuol Sleng terletak di Kota Phnom Penh, Kamboja. Bangunan bersejarah ini merupakan sebuah Kamp Konsentrasi yang dibangun oleh pemimpin Khmer Merah, Pol Pot, untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak sepaham dengannya.
Museum ini tadinya adalah adalah gedung sekolah menengah yang diubah menjadi Penjara Keamanan 21 (Security Prison 21) oleh rezim Komunis Khmer Merah pada 1975.
Kala itu, Khmer Merah (sayap militer Partai Komunis Kamboja yang beraliran Maois --varian dari Marxisme-Leninisme berasal dari ajaran-ajaran pemimpin komunis Tiongkok Mao Zedong) menjadi yang paling berkuasa di Kamboja sejak 1975 hingga 1979.
Musium Genosida Tuol Sleng menjadi saksi bisu kekejaman "orang-orang" Pol Pot. Saat ia memimpin, penjara ini digunakan sebagai basis untuk menyiksa dan membunuh tahanan. Sebagian besar dari korbannya adalah mantan tentara dan pejabat pemerintah dari rezim Lon Nol.
Khmer Merah di bawah pimpinan Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan Lon Nol pada 17 April 1975. Penduduk merasakan secercah harapan baru untuk mencapai kedamaian dan mengakhiri perang saudara. Akan tetapi kenyataan justru tidak sesuai harapan. Kebijakan yang diambil Pol Pot adalah melalui Revolusi Agraria, yaitu membangun kamboja dengan memanfaatkan pertanian.
Pada 13 Mei 1976, Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan kebijakan mengarahkan negara ke arah sosialisme. Khmer Merah kemudian memerintahkan seluruh penduduk --lebih dari dua juta-- untuk meninggalkan kota menuju pedesaan dalam rangka "Revolusi Agraria".
Mereka diminta untuk tinggal dan bekerja di pedesaan sebagai petani, dikarenakan kota-kota besar dianggap sebagai basis dari kaum aristokrat dan penghambat revolusi.
Periode ini merupakan periode yang cukup tragis. Akibat kebijakan yang lebih menekankan pertanian dalam skala besar ini, banyak penduduk Kamboja yang meninggal karena kelaparan dan kekejaman rezim Pol Pot.
Sampai sekarang, masih terdapat bukti dari kebiadaban rezim Pol Pot, selain di Kamp penyiksaan Tuol Sleng. Ada pula "ladang pembantaian" (killing field) Choeung Ek.
Choeung Ek adalah tempat yang digunakan rezim Khmer Merah selama 4 tahun sebagai lokasi eksekusi orang-orang berpendidikan tinggi dari Phnom Penh. Ada sekitar 20.000 orang dibunuh di situ.
Teror
Karena kisah kelamnya yang amat tragis dan memilukan, arwah dari sekitar 17.000 korban pembantaian terus bergentayangan di lorong Museum Genosida Tuol Sleng, dan penjaga mengaku sering melihat kejadian aneh.
Mereka menuturkan, sebagian besar tahanan dipaksa untuk mengaku bersalah, meski kejahatan yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Hampir semua korban pembantaian adalah orang asli Kamboja, namun banyak juga di antaranya merupakan orang asing, termasuk orang Amerika, Prancis, Selandia Baru, Inggris, Australia, Arab, India, Pakistan, dan Vietnam.
Hanya 12 orang yang diduga selamat dari pembantaian tersebut.
Penulis juga membubuhkan aturan menyeramkan yang harus dipatuhi oleh seluruh tahanan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Berikut ini isinya:
1. You must answer accordingly to my question. Don’t turn them away.
2. Don’t try to hide the facts by making pretexts this and that, you are strictly prohibited to contest me.
3. Don’t be a fool for you are a chap who dare to thwart the revolution.
4. You must immediately answer my questions without wasting time to reflect.
5. Don’t tell me either about your immoralities or the essence of the revolution.
6. While getting lashes or electrification you must not cry at all.
7. Do nothing, sit still and wait for my orders. If there is no order, keep quiet. When I ask you to do something, you must do it right away without protesting.
8. Don’t make pretext about Kampuchea Krom in order to hide your secret or traitor.
9. If you don’t follow all the above rules, you shall get many many lashes of electric wire.
10. If you disobey any point of my regulations you shall get either ten lashes or five shocks of electric discharge.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2EmIlzR
No comments:
Post a Comment