Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono mengatakan, dari delapan korban tersebut, tiga terjadi di Cilacap. Lima lainnya, di pantai selatan Kebumen.
Badan Search and Rescue (Basarnas) Pos SAR Cilacap, Jawa Tengah mencatat sepanjang Oktober dan November 2018, atau dua bulan, delapan korban meninggal dievakuasi dari pantai selatan Cilacap dan Kebumen.
Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono mengatakan, dari delapan korban, tiga terjadi di Cilacap, sedangkan lima lainnya terjadi di Pantai Kebumen.
"Semua itu, karena itu, para korban, itu rata-rata bermain atau mandi-mandi di pinggir pantai. Itu sebagian untuk korban yang hanyut atau terbawa ombak," ucap Moelwahyono, Kamis malam.
Kasus terseretnya Rifki di pinggir pantai menunjukkan ketidakwaspadaan wisatawan atau pengunjung pantai terhadap ombak laut selatan yang terkenal ganas. Beberapa kasus menunjukkan bahwa korban bukan berasal dari sekitar kawasan pantai yang paham tabiat pantai selatan.
Mulwahyono mengungkapkan, wisatawan terkadang tertipu dengan penampakan pantai yang cenderung tenang. Padahal, arus bawahnya sangat kuat.
Arus kuat itu ditengarai disebabkan oleh keberadaan laut dalam atau palung laut yang berdekatan dengan pantai. Akibatnya, pusaran dan arus bawah lautnya sangat kuat.
"Kelihatannya tenang, tapi arus bawahnya kuat dan sifatnya mengisap," dia mengatakan.
Moelwahyono mengemukakan, berbeda dari kasus wisatawan yang terseret ombak, dalam kasus nelayan yang tenggelam, faktor safety atau keselamatan berlayar kerap diabaikan nelayan Cilacap dan Kebumen. Akibatnya, saat perahu pecah atau tenggelam diempas ombak, mereka turut tenggelam lantaran tak memakai pelampung.
Moelwahyono menyarankan agar wisatawan dan nelayan Cilacap untuk mewaspadai kemungkinan empasan ombak besar. Salah satu caranya, yakni tak terlampau dekat dengan air apalagi sampai berenang di laut. Ia juga mengimbau agar nelayan membiasakan diri memakai pelampung.
Simak video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment