Sementara itu, setiap bulan April, belahan Bumi selatan mengalami musim gugur. Kendati demikian, untuk tahun ini, suhu panas justru menerpa sebagian besar New South Wales, Australia.
Selama Maret akhir hingga awal April 2018, rekor baru hari terpanas di Kota Sydney telah ditetapkan. Biro Meteorologi mencatat daerah Dubbo dengan suhu di atas 30 derajat.
Seperti dikutip dari Australia Plus, Minggu 15 April, Sydney juga mengalami cuaca panas terlama untuk bulan April: sembilan hari berturut-turut mencapai 25 derajat Celsius atau lebih.
Suhu di daerah Observatory Hill pada hari Senin, 14 April, adalah 35,4 derajat Celsius bila dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 34,2 derajat Celsius. Menurut pakar meteorologi, perbedaan satu derajat sudah cukup signifikan.
Pada Kamis 12 April, suhu di pusat kota tercatat 33 derajat Celsius dan 34 derajat Celsius di wilayah barat Australia.
Suhu yang panas pada bulan itu membuat aktivitas pantai lebih bergairah. Namun ada efek lain yang patut digarisbawahi, yakni pepohonan yang "kebingungan", hewan menjadi lamban dan ancaman kebakaran hutan.
Dikira Musim Semi
Pepohonan jenis crepe myrtles, pohon pir Manchuria, bugenvil, magnolia dan frangipanis saat itu seharusnya menggugurkan daun-daunnya. Akan tetapi Tim Pickles, seorang petani di Campbelltown, melihat pohon-pohon tersebut berbunga kembali akibat turunnya hujan.
"Pepohonan itu sangat kebingungan. Mereka mengira musim semi datang kembali," ujarnya.
Tak hanya itu, tanaman musim dingin juga mengalami masalah.
"Saya menanam bibit kubis dan brokoli, yang cenderung tumbuh subur dalam cuaca dingin," kata Tim. "Sayuran musim dingin tidak akan tumbuh dan hanya 'ngambek' sampai suhu membaik."
Dia menambahkan, penjualan buah mangga, di satu sisi, mengalami lonjakan. Begitu pula pohon-pohon tropis lainnya di wilayah tersebut.
"Kami menjual panen 100 pohon mangga per tahun di Campbelltown, Australia!" pungkasnya.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2NHG9CF
No comments:
Post a Comment